Look at this!

Tuesday, August 11, 2020

Business Culture Shock di Jepang

1.      Membangun Relasi

Orang Jepang menekankan kesopanan, kemanusiaan, dan hubungan baik dalam bekerja. Mereka ingin mengetahui dan memercayai seseorang sebelum berbisnis dengannya. Relasi dapat dibangun melalui pertemuan informal, seperti makan dan minum bersama.

 

2.      Tata Busana

Pebisnis Jepang cenderung menggunakan pakaian formal. Pria menggunakan jas gelap, kemeja putih, dasi, dan tidak menggunakan perhiasan, kecuali jam tangan dan cincin pernikahan. Wanita menggunakan terusan dengan warna soft.

 

3.      Nama

Di Jepang, nama keluarga dipanggil terlebih dahulu sebelum nama depan. Umumnya, nama keluarga diikuti dengan akhiran –san yang berarti Mr., Mrs., atau Ms. Akan tetapi, saat ekspatriat mengenalkan diri, jangan menambahkan akhiran –san. Biasakan memanggil rekan bisnis dengan nama keluarga sampai mereka meminta untuk memanggil dirinya dengan nama depan.

 

4.      Sambutan dan Sapaan

Dalam berbisnis, salam dan hormat dilakukan dengan menunduk sebesar 30° hingga 45°. Menunduk dilakukan atas inisiatif bawahan. Saat menunduk, pria meletakkan tangannya di samping tubuh. Sedangkan wanita menyilangkan tangannya pada pangkal paha. Jangan melakukan tatap mata ketika memberi salam. Hal ini dianggap sebagai tingkah laku buruk dan agresif. Saat memberi salam, berilah salam pada orang dengan jabatan tertinggi dan diikuti dengan orang tertua.

 

5.      Kartu Bisnis (Meishi)

Pertukaran kartu bisnis dilakukan pada pertemuan pertama. Meishi berisi gelar dan jabatan seseorang dalam perusahaan. Ketika memberikan kartu bisnis sambil berdiri, berikan dengan kedua tangan dan terima kartu bisnis rekan kerja sambil menunduk. Setelah menerima, lihat nama dan gelar rekan bisnis sebelum menyimpannya di kantong. Saat menerima meishi sembari duduk, letakkan kartu bisnis di meja berdasarkan urutan jabatan selama rapat berlangsung.

 

6.      Rapat

Agenda utama rapat adalah proses laporan. Saat rapat, jarang terjadi diskusi yang memanas. Rapat cenderung berjalan dengan tenang dan lancar. Prinsip ini dilatarbelakangi oleh budaya nemawashi, yaitu proses membentuk kesepakatan yang didahului dengan konsultasi pihak-pihak terkait sebelum pengambilan keputusan akhir. Proses ini terjadi sebelum rapat dilaksanakan.

 

7.      Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan membutuhkan waktu yang lama karena dilakukan secara struktural sesuai dengan tingkatan manajerial. Dengan melibatkan banyak pertimbangan dan analisis, keputusan yang diambil lebih akurat dan stabil.

 

8.      Usia dan Status

Dalam budaya Jepang, usia dan status seseorang harus dihormati. Orang Jepang merasa nyaman bila berinteraksi dengan rekan sebaya. Status ditentukan oleh peranan dalam organisasi, latar belakang pendidikan, dan pernikahan.

 

9.      Pelayanan

Secara umum, perusahaan Jepang memiliki prinsip mengutamakan pelanggan di atas segalanya (client first). Bagi mereka, konsumen adalah raja. Prinsip ini juga berlaku bagi perusahaan Jepang yang berada di luar Jepang.