Agama Kristen berasal dari Yerusalem,
Israel. Istilah Kristen dipakai untuk menyebut orang-orang yang percaya kepada
Kristus. Sejarah kekristenan terbagi ke dalam beberapa periode, yaitu periode
kehidupan Yesus, gereja mula-mula, gereja di bawah Kekaisaran Romawi, gereja
pada abad pertengahan, gereja pada awal mula Eropa, masa reformasi Protestan, gereja
pada abad penjelajahan dan abad penerangan, serta gereja modern.
1.
Kehidupan
Yesus.
Periode ini dimulai ketika Yesus lahir,
yaitu pada tahun 4 SM. Ia dikandung daripada Roh Kudus dan lahir dari anak dara
Maria di Kota Betlehem, Yudea. Ia bertumbuh dewasa di Nazaret, Galilea. Saat
berumur 30 tahun, Yesus memulai pelayanan-Nya bersama dengan keduabelas rasul
yang dipilih-Nya. Ia memberitakan Injil keselamatan dan melakukan berbagai
mukjizat, seperti mengusir setan, menyembuhkan orang sakit, dan membangkitkan
orang mati. Pada usia-Nya yang ke-33, Yesus dihukum mati di atas kayu salib
karena ajaran Yesus dianggap bertentangan dengan ajaran Yahudi. Ia disalibkan
bersama dengan dua penjahat di Bukit Golgota. Setelah mati, Yesus dikuburkan di
dalam gua batu. Pada hari yang ketiga, Ia bangkit dari antara orang mati dan menampakkan
diri kepada murid-murid-Nya. Ia memberi tugas kepada murid-murid-Nya untuk memberitakan
Injil Keselamatan dan Ia menjanjikan datangnya Roh Kudus untuk menuntun para
murid. Empat puluh hari setelah kebangkitan-Nya, Yesus naik ke surga dengan
disaksikan oleh banyak orang. Kelima peristiwa penting dalam kehidupan Yesus
menjadi intisari kekristenan.
2.
Gereja
Mula-Mula
Sepuluh hari setelah kenaikan Yesus
Kristus, Roh Kudus turun atas para rasul. Hari ini diperingati sebagai hari
Pentakosta. Roh Kudus yang turun atas para rasul memberi keberanian bagi mereka
untuk memberitakan Injil Keselamatan. Pada waktu itu, Petrus, satu di antara
keduabelas rasul, berkhotbah dan 3000 jiwa memberi diri dibaptis. Orang-orang
yang menerima perkataan Petrus dan memberi diri dibaptis inilah yang disebut
sebagai jemaat perdana atau gereja mula-mula. Mereka bertekun dalam pengajaran
para rasul dan dalam persekutuan. Pada masa inilah, gereja resmi dimulai.
Gereja sendiri merupakan kata serapan Portugis (igreja), yang berasal dari bahasa Yunani (εκκλησία). Ekklêsia berarti
dipanggil keluar. Jadi, Gereja tidak hanya berbicara tentang gedung. Gereja
juga merujuk pada kumpulan orang percaya yang dipanggil ke luar dari kegelapan
menuju terang. Pada masa ini, pemberitaan Injil terus dilakukan oleh para
rasul. Tidak lama kemudian, pembaptisan keluarga Kornelius, keluarga non-Yahudi,
mengakibatkan pintu gereja terbuka bagi orang-orang non-Yahudi lainnya. Paulus,
yang dahulu sempat menjadi penganiaya gereja, turut mengabarkan Injil kepada
orang-orang non-Yahudi. Pada masa pemberitaan Injil ini, orang Kristen
mengalami penganiayaan dari pemerintahan Romawi. Kekaisaran Romawi membenci dan
takut dengan ajaran Kristen yang menyerukan kepada semua orang agar mereka
tidak takut kepada pemerintahan duniawi yang sementara, melainkan takut kepada
pemerintahan surgawi yang akan datang kelak. Ajaran ini mengakibatkan Kaisar
Nero meganiaya, membunuh, memenjarakan, hingga menjadikan orang Kristen sebagai
umpan singa di Colloseum. Banyak orang Kristen dan murid-murid Yesus yang mati
menjadi martir. Kendati demikian, penganiayaan yang dialami oleh gereja
mula-mula tidak menyurutkan niat gereja untuk berkembang. Sebaliknya,
pertambahan jumlah orang percaya semakin meningkat.
3.
Gereja
di Bawah Kekaisaran Romawi
Pada tahun 313 M, Kaisar
Konstantinus I mendapatkan penglihatan Salib Kristus. Ia bertobat dan
menjadikan Kristen sebagai agama resmi Romawi. Kaisar Konstantinus I ini bahkan
menjadi pembela dan pelindung kaum Kristen yang tertindas. Pada periode ini, kepausan
mulai berkembang. Orang-orang Kristen tidak dianiaya sekejam dulu. Alkitab
bahasa Latin yang memuat Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dikanonisasi (proses menyusun kitab-kitab dalam Alkitab untuk diakui sebagai Firman Allah yang dapat menjadi pedoman bagi kehidupan manusia secara universal). Pada
masa ini pula, agama dan politik mulai bercampur menjadi satu.
4.
Gereja
pada Abad Pertengahan
Pada tahun 476 M, Romulus Agustus
dijatuhkan dari takhta kekaisaran. Periode ini ditandai dengan kemunduran moral
gereja. Selama abad pertengahan, Gereja Katolik Roma terus memegang kekuasaan.
Paus hidup seperti raja dan menjadi pemegang kekuasaan atas semua jenjang
kehidupan. Pada masa ini, Paus dipaksa untuk terlibat lebih dalam di dunia
politik yang kotor. Akibatnya, korupsi dan ketamakan terjadi dalam kepemimpinan
gereja.
5.
Gereja
pada Awal Mula Eropa
Periode ini dimulai sejak penahbisan
Karel Agung sebagai Kaisar Eropa Barat pada tahun 800-an. Pada mulanya, hampir
seluruh Eropa Barat berada di bawah kekuasaan Kaisar Karel Agung yang beragama
Kristen. Pada masa ini, misionaris dikirim ke Eropa Timur dan Rusia. Perbaikan
nilai-nilai gereja juga mulai dilakukan oleh para biarawan. Pada periode ini,
terjadi perang salib yang didukung oleh Gereja Katolik. Perang ini dilakukan atas
dasar semangat reconquesta, yaitu
untuk merebut kembali wilayah Spanyol dari kaum Muslim. Selain itu, pada
periode ini, terjadi perpisahan antara Gereja Katolik Barat di Eropa Barat dan
Gereja Ortodoks Timur di Asia Kecil. Masa ini berakhir dengan direbutnya Konstantinopel
oleh bangsa Turki Usmani.
6.
Reformasi
Protestan
Reformasi protestan lahir sebagai
upaya untuk mereformasi Gereja Katolik yang mengajarkan doktrin-doktrin palsu
dan melakukan malapraktik gerejawi. Gerakan reformasi ini diprakarsai oleh
Martin Luther dan dilanjutkan oleh John Calvin, Ulrich Zwingli, dan reformator
Protestan lainnya. Reformasi diawali dengan kritikan Martin Luther terhadap
penjualan indulgensi (surat penebusan dosa) dan praktik simoni (penjualan
jabatan rohani). Pada tanggal 31 Oktober 1517, Martin Luther memakukan 95 Dalil
mengenai Kuasa dan Efikasi Indulgensi pada pintu Gereja Semua Orang Kudus di
Wittenberg, Jerman. Dalil ini berisi tentang kritikan Luther terhadap penjualan
indulgensi, praktik simoni, kebijakan purgatorium (api penyucian), penghakiman
khusus, mariologi (devosi pada Maria), perantara doa dan devosi pada
orang-orang kudus, kewajiban selibat bagi rohaniwan, serta otoritas Paus. Melalui
dalil-dalilnya, Martin Luther mengembalikan Alkitab sebagai satu-satunya sumber
keyakinan yang benar (Sola Scriptura).
Ia juga menyatakan bahwa hanya iman dalam Yesuslah yang membawa orang untuk
menerima keselamatan, bukan karena perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan
orang tersebut (Sola Fide). Martin
Luther menekankan Lima Sola yang menjadi pilar dasar kekristenan, yaitu Sola Scriptura (hanya Alkitab), Sola Fide (hanya iman), Sola Gratia (hanya anugerah), Solus Christus (hanya Kristus), dan Soli Deo Gloria (segala kemuliaan bagi nama Tuhan). Selain itu, John Calvin, tokoh
reformator, mengenalkan istilah TULIP sebagai poin-poin kekristenan. TULIP
merupakan singkatan dari Total Depravity (kerusakan
total), Unconditional Election (pemilihan
tanpa syarat), Limited Atonement (penebusan
terbatas), Irresistible Grace (anugerah
yang tidak dapat ditolak), dan Perseverance of the Saints (ketekunan
orang-orang kudus). Kehadiran tokoh-tokoh
reformasi mengakhiri dominasi para uskup dan biarawan dalam mempelajari
Alkitab. Alkitab pun diterjemahkan ke dalam banyak bahasa. Pada akhirnya, reformasi
ini melahirkan berbagai jenis denominasi Protestan, seperti Lutheran, Reformed,
Anglikan, dan Anabaptis.
7.
Gereja
pada Abad Penjelajahan dan Abad Penerangan
Pada abad ke-17,
penjelajah-penjelajah Eropa menjelajahi seluruh dunia. Kesempatan ini mereka
gunakan untuk mengabarkan Injil ke seluruh dunia. Terkadang, penduduk asli yang
mereka datangi dipaksa untuk menerima iman mereka di bawah ancaman senjata.
Akan tetapi, mayoritas petobatan yang terjadi di luar Eropa merupakan jasa
misionaris yang tinggal dan mengajar masyarakat setempat.
8.
Gereja
Modern
Pada zaman modern ini, Gereja
Katolik Roma dan Gereja Ortodoks Timur telah mengambil langkah untuk
merekonsiliasi hubungan mereka yang rusak. Hal ini juga dilakukan oleh Gereja
Katolik dan Lutheran. Pada zaman ini, banyak denominasi gereja yang bangkit,
seperti Pentakostalisme, Karismatik, oikumenisme, dan bahkan gereja sesat. Akan
tetapi, gereja Injili berdiri tegak dan berakar kuat dalam teologi Reformed.
Sejarah
Gereja di Indonesia sendiri ditandai dengan berdirinya gereja Nestorian bercorak
Assiria (Gereja Timur) di Pancur (Deli Serdang)
dan Barus (Tapanuli Tengah), Sumatra pada tahun 645 M. Gereja
Ortodoks menjadi kelompok Kristen pertama yang hadir di Indoneia. Pada
tahun 1511, Katolik Roma Ordo Karmel tiba di Aceh. Tiga belas tahun kemudian, tepatnya
pada tahun 1534, orang Portugis yang dikirim untuk melakukan eksplorasi tiba di
kepulauan Maluku. Pada tahun 1546 hingga 1547, Fransiskus Xaverius,
misionaris Katolik Roma dan pendiri Ordo Yesuit, bekerja di
kepulauan Maluku. Kristen Protestan dibawa oleh Belanda pada abad ke-16.
Ajarannya terpengaruh pada ajaran Calvinisme dan Lutheran. Pada
tahun 1960-an, akibat timbulnya paham anti-Komunis dan anti-Konfusianisme di
Indonesia, banyak pengikut Komunis dan orang Tionghoa yang mengklaim dirinya
sebagai orang Kristen. Pada akhirnya, banyak bangsa Tionghoa yang menerima
agama Kristen. Hingga saat ini, agama Kristen merupakan agama resmi dengan
populasi terbesar kedua di Indonesia.