Look at this!

Saturday, July 2, 2016

Candi Singosari

Makam Kertanegara

Nama tempat   : Candi Singosari
Peninggalan     : Kerajaan Singosari
Fungsi             : Makam Kertanegara dan tempat pemujaan Dewa Syiwa
Lokasi             : Jl. Kertanegara, Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Indonesia
Corak              : Hindu – Buddha
Tahun Berdiri  : 1268 – 1292 (sekitar abad 12 – 13)
Tahun Ditemukan : 1803 (abad 18)
Penemu           : Nicolaus Engelhard
Candi adalah tempat yang didirikan sebagai makam raja atau tempat pemujaan. Demikian pula dengan Candi Singosari. Candi ini dibangun pada tahun 1268 – 1292 namun baru ditemukan pada tahun 1803 oleh Nicolaus Engelhard. Candi Singosari disebut dengan sebutan Candi Menara karena bentuknya yang seperti menara. Banyak nama yang berkembang dalam masyarakat. Namun, nama yang dipakai adalah Candi Singosari karena letaknya yang berada di Kecamatan Singosari atau Candi Renggo karena letaknya di Desa Candirenggo.
Candi Singosari merupakan tempat didharmakannya abu jenazah Kertanegara, raja terakhir Kerajaan Singosari. Karena Kertanegara menganut dua agama yaitu Hindu dan Buddha, maka abu jenazah Kertanegara ditempatkan di dua candi, yaitu Candi Singosari dan Candi Jawi.
Dalam masa pemerintahan Kertanegara, Kerajaan Singosari mencapai  masa kejayaan karena sering melakukan ekspedisi dan ekspansi ke luar negeri, serta adanya prajurit yang tangguh di bawah pimpinan Patih Aria Wiraradja. Kertanegara mati karena dibunuh oleh pasukan Gelang – Gelang yang dipimpin oleh Jayakatwang. Candi Singosari ini dibangun sebagai penghargaan dan penghormatan akan Kertanegara.
Candi Singosari ditemukan dalam keadaan setengah roboh di hutan belantara dan tertimbun tanah yang di atasnya tumbuh pohon beringin. Kemudian, candi ini direnovasi Belanda sekitar tahun 1934 – 1937. Menurut laporan tertulis dari para pengunjung candi, Candi  Singosari merupakan kompleks percandian yang luas. Di dalam kompleks tersebut didapatkan tujuh buah candi kecil yang sudah runtuh dan banyak arca berserakan. Salah satu candi yang dapat diselamatkan yaitu Candi Singosari ini. Arca – arcanya banyak yang dibawa Belanda pada tahun 1819 dan disimpan di Museum Leiden. Arca yang terdapat di halaman Candi Singosari berasal dari candi – candi yang sudah musnah.
Candi Singosari memiliki keunikan yaitu pembangunannya yang belum selesai karena saat pembangunan sudah terjadi perang melawan Raja Jayakatwang dari Gelang – Gelang. Candi ini terbuat dari batu andesit yang disusun dari bawah ke atas. Sedangkan, pengukiran relief dilakukan dari atas ke bawah. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya ukiran di bagian atas candi dan tidak ada ukiran di bagian bawah candi. Ketidakselesaian bangunan candi ini bermanfaat bagi kita yang ingin mengetahui teknik pembuatan candi. Teknik pembuatan candi ini yaitu dengan menyusun batu andesit yang saling mengait dan tiap celah – celah diberi tanah liat.
Candi Singosari menghadap ke barat. Candi ini memiliki empat bagian dari bawah ke atas, yaitu batur candi atau teras, kaki candi (Bhurloka), tubuh candi (Bwahloka), dan atap atau puncak candi (Swahloka). Bhurloka menggambarkan alam manusia, Bwahloka menggambarkan alam antara atau langit, dan Swahloka adalah alam surgawi atau kahyangan. Di kaki candi, terdapat ruang utama dengan lima ruangan lain yang mengelilinginya. Ruangan tersebut sekarang kosong tanpa arca, kecuali ruang sisi selatan yang berisi arca Siwa Guru. Dahulu, ruang sebelah utara pintu masuk berisi arca Mahakala dan ruang sebelah selatan ditempati arca Nandicwara. Pada ambang atas pintu masuk ruang utama, ruang utara, ruang timur dan ruang selatan terdapat hiasan Kepala Kala atau Banaspati. Di dalam ruang utama, terdapat pedestal (landasan) yang sudah rusak dari sebuah arca atau lingga. Di ruang sisi utara, ditempati oleh arca Durga yang sekarang sudah tidak ada di tempatnya. Sedangkan ruang sisi timur ditempati oleh arca Ganesha yang sekarang juga tidak ada di tempatnya.
Dalam sistem pantheon dari aliran Saiwa Sidhanta, alam ini dibagi menjadi tiga, yaitu alam Niskala (tempat Paramasiwa bersemayam) yang dilambangkan dengan puncak candi, Sakala Niskala (alam antara yang dikuasai oleh Dewa Syiwa sebagai sadasiwa dengan keempat aspeknya, Sadasiwa berada di pusat, Syiwa di barat, Wisnu di utara, Brahma di selatan, dan Maheswara di timur.) yang dilambangkan dengan tubuh candi, dan Buana Niskala (alam manusia) yang dilambangkan dengan kaki candi.
Arca – arca yang terdapat di Candi Singosari antara lain arca Parwati, arca Prajna Paramita atau Ken Dedes, arca Maharesi Agastya, dan masih banyak lagi. Banyak arca yang kepalanya hilang. Ada dua alasan yang berkembang mengenai hilangnya kepala arca, yaitu karena adanya ajaran Islam yang tidak mengizinkan untu menyembah berhala dan Belanda yang percaya bahwa di dalam kepala arca terdapat emas.
Candi ini memiliki keunikan yaitu bentuk bangun yang seperti menara, ketidakselesaian candi, dan banyaknya arca atau reruntuhan yang terdapat di sekitar candi. Candi Singosari dapat menjadi objek wisata sekaligus media pembelajaran bagi seluruh masyarakat. Candi ini akan diminati banyak orang, apabila ada fasilitas dan perawatan yang memadai. Candi Singosari juga memiliki kekurangan yaitu penjagaannya yang kurang ketat. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya arca – arca yang rusak atau hilang dan lingkungan sekitar candi yang kurang terawat.

Dengan mengesampingkan kekurangan – kekurangan di atas, Candi Singosari sangat baik untuk dikunjungi masyarakat Indonesia maupun luar negeri. Melalui candi ini, kita dapat mengenang dan mempelajari sejarah kerajaan – kerajaan di Indonesia, terutama Kerajaan Singosari. Dengan banyaknya kunjungan ke Candi Singosari, akan terjadi peningkatan devisa negara. Selain itu, dengan mempelajari sejarah – sejarah yang ada di Indonesia, kita dapat bangga dengan perjuangan nenek moyang kita dan membuktikan kepada bangsa lain bahwa Indonesia bisa. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya. 

tinggalkan jejak di kolom komentar dan like
laisser une trace <3 

No comments:

Post a Comment