Makam
Kertanegara
Nama tempat : Candi Singosari
Peninggalan : Kerajaan Singosari
Fungsi : Makam Kertanegara dan tempat
pemujaan Dewa Syiwa
Lokasi :
Jl. Kertanegara, Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa
Timur, Indonesia
Corak :
Hindu – Buddha
Tahun Berdiri :
1268 – 1292 (sekitar abad 12 – 13)
Tahun Ditemukan : 1803 (abad 18)
Penemu :
Nicolaus Engelhard
Candi
adalah tempat yang didirikan sebagai makam raja atau tempat pemujaan. Demikian
pula dengan Candi Singosari. Candi ini dibangun pada tahun 1268 – 1292 namun
baru ditemukan pada tahun 1803 oleh Nicolaus Engelhard. Candi Singosari disebut
dengan sebutan Candi Menara karena bentuknya yang seperti menara. Banyak nama
yang berkembang dalam masyarakat. Namun, nama yang dipakai adalah Candi
Singosari karena letaknya yang berada di Kecamatan Singosari atau Candi Renggo
karena letaknya di Desa Candirenggo.
Candi
Singosari merupakan tempat didharmakannya abu jenazah Kertanegara, raja
terakhir Kerajaan Singosari. Karena Kertanegara menganut dua agama yaitu Hindu
dan Buddha, maka abu jenazah Kertanegara ditempatkan di dua candi, yaitu Candi
Singosari dan Candi Jawi.
Dalam
masa pemerintahan Kertanegara, Kerajaan Singosari mencapai masa kejayaan karena sering melakukan
ekspedisi dan ekspansi ke luar negeri, serta adanya prajurit yang tangguh di
bawah pimpinan Patih Aria Wiraradja. Kertanegara mati karena dibunuh oleh
pasukan Gelang – Gelang yang dipimpin oleh Jayakatwang. Candi Singosari ini
dibangun sebagai penghargaan dan penghormatan akan Kertanegara.
Candi
Singosari ditemukan dalam keadaan setengah roboh di hutan belantara dan
tertimbun tanah yang di atasnya tumbuh pohon beringin. Kemudian, candi ini
direnovasi Belanda sekitar tahun 1934 – 1937. Menurut laporan tertulis dari
para pengunjung candi, Candi Singosari
merupakan kompleks percandian yang luas. Di dalam kompleks tersebut didapatkan
tujuh buah candi kecil yang sudah runtuh dan banyak arca berserakan. Salah satu
candi yang dapat diselamatkan yaitu Candi Singosari ini. Arca – arcanya banyak
yang dibawa Belanda pada tahun 1819 dan disimpan di Museum Leiden. Arca yang
terdapat di halaman Candi Singosari berasal dari candi – candi yang sudah
musnah.
Candi
Singosari memiliki keunikan yaitu pembangunannya yang belum selesai karena saat
pembangunan sudah terjadi perang melawan Raja Jayakatwang dari Gelang – Gelang.
Candi ini terbuat dari batu andesit yang disusun dari bawah ke atas. Sedangkan,
pengukiran relief dilakukan dari atas ke bawah. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya
ukiran di bagian atas candi dan tidak ada ukiran di bagian bawah candi.
Ketidakselesaian bangunan candi ini bermanfaat bagi kita yang ingin mengetahui
teknik pembuatan candi. Teknik pembuatan candi ini yaitu dengan menyusun batu
andesit yang saling mengait dan tiap celah – celah diberi tanah liat.
Candi
Singosari menghadap ke barat. Candi ini memiliki empat bagian dari bawah ke
atas, yaitu batur candi atau teras, kaki candi (Bhurloka), tubuh candi (Bwahloka),
dan atap atau puncak candi (Swahloka). Bhurloka menggambarkan alam manusia,
Bwahloka menggambarkan alam antara atau langit, dan Swahloka adalah alam
surgawi atau kahyangan. Di kaki candi, terdapat ruang utama dengan lima ruangan
lain yang mengelilinginya. Ruangan tersebut sekarang kosong tanpa arca, kecuali
ruang sisi selatan yang berisi arca Siwa Guru. Dahulu, ruang sebelah utara
pintu masuk berisi arca Mahakala dan ruang sebelah selatan ditempati arca
Nandicwara. Pada ambang atas pintu masuk ruang utama, ruang utara, ruang timur
dan ruang selatan terdapat hiasan Kepala Kala atau Banaspati. Di dalam ruang
utama, terdapat pedestal (landasan) yang sudah rusak dari sebuah arca atau
lingga. Di ruang sisi utara, ditempati oleh arca Durga yang sekarang sudah
tidak ada di tempatnya. Sedangkan ruang sisi timur ditempati oleh arca Ganesha
yang sekarang juga tidak ada di tempatnya.
Dalam
sistem pantheon dari aliran Saiwa Sidhanta, alam ini dibagi menjadi tiga, yaitu
alam Niskala (tempat Paramasiwa bersemayam) yang dilambangkan dengan puncak
candi, Sakala Niskala (alam antara yang dikuasai oleh Dewa Syiwa sebagai sadasiwa
dengan keempat aspeknya, Sadasiwa berada di pusat, Syiwa di barat, Wisnu di
utara, Brahma di selatan, dan Maheswara di timur.) yang dilambangkan dengan
tubuh candi, dan Buana Niskala (alam manusia) yang dilambangkan dengan kaki
candi.
Arca
– arca yang terdapat di Candi Singosari antara lain arca Parwati, arca Prajna
Paramita atau Ken Dedes, arca Maharesi Agastya, dan masih banyak lagi. Banyak
arca yang kepalanya hilang. Ada dua alasan yang berkembang mengenai hilangnya
kepala arca, yaitu karena adanya ajaran Islam yang tidak mengizinkan untu
menyembah berhala dan Belanda yang percaya bahwa di dalam kepala arca terdapat
emas.
Candi
ini memiliki keunikan yaitu bentuk bangun yang seperti menara, ketidakselesaian
candi, dan banyaknya arca atau reruntuhan yang terdapat di sekitar candi. Candi
Singosari dapat menjadi objek wisata sekaligus media pembelajaran bagi seluruh
masyarakat. Candi ini akan diminati banyak orang, apabila ada fasilitas dan
perawatan yang memadai. Candi Singosari juga memiliki kekurangan yaitu
penjagaannya yang kurang ketat. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya arca – arca
yang rusak atau hilang dan lingkungan sekitar candi yang kurang terawat.
Dengan
mengesampingkan kekurangan – kekurangan di atas, Candi Singosari sangat baik
untuk dikunjungi masyarakat Indonesia maupun luar negeri. Melalui candi ini,
kita dapat mengenang dan mempelajari sejarah kerajaan – kerajaan di Indonesia,
terutama Kerajaan Singosari. Dengan banyaknya kunjungan ke Candi Singosari, akan
terjadi peningkatan devisa negara. Selain itu, dengan mempelajari sejarah –
sejarah yang ada di Indonesia, kita dapat bangga dengan perjuangan nenek moyang
kita dan membuktikan kepada bangsa lain bahwa Indonesia bisa. Karena bangsa
yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya.
tinggalkan jejak di kolom komentar dan like
laisser une trace <3
No comments:
Post a Comment