Look at this!

Tuesday, July 7, 2020

Sejarah Agama Kristen


Agama Kristen berasal dari Yerusalem, Israel. Istilah Kristen dipakai untuk menyebut orang-orang yang percaya kepada Kristus. Sejarah kekristenan terbagi ke dalam beberapa periode, yaitu periode kehidupan Yesus, gereja mula-mula, gereja di bawah Kekaisaran Romawi, gereja pada abad pertengahan, gereja pada awal mula Eropa, masa reformasi Protestan, gereja pada abad penjelajahan dan abad penerangan, serta gereja modern.
1.      Kehidupan Yesus.
            Periode ini dimulai ketika Yesus lahir, yaitu pada tahun 4 SM. Ia dikandung daripada Roh Kudus dan lahir dari anak dara Maria di Kota Betlehem, Yudea. Ia bertumbuh dewasa di Nazaret, Galilea. Saat berumur 30 tahun, Yesus memulai pelayanan-Nya bersama dengan keduabelas rasul yang dipilih-Nya. Ia memberitakan Injil keselamatan dan melakukan berbagai mukjizat, seperti mengusir setan, menyembuhkan orang sakit, dan membangkitkan orang mati. Pada usia-Nya yang ke-33, Yesus dihukum mati di atas kayu salib karena ajaran Yesus dianggap bertentangan dengan ajaran Yahudi. Ia disalibkan bersama dengan dua penjahat di Bukit Golgota. Setelah mati, Yesus dikuburkan di dalam gua batu. Pada hari yang ketiga, Ia bangkit dari antara orang mati dan menampakkan diri kepada murid-murid-Nya. Ia memberi tugas kepada murid-murid-Nya untuk memberitakan Injil Keselamatan dan Ia menjanjikan datangnya Roh Kudus untuk menuntun para murid. Empat puluh hari setelah kebangkitan-Nya, Yesus naik ke surga dengan disaksikan oleh banyak orang. Kelima peristiwa penting dalam kehidupan Yesus menjadi intisari kekristenan.
2.      Gereja Mula-Mula
            Sepuluh hari setelah kenaikan Yesus Kristus, Roh Kudus turun atas para rasul. Hari ini diperingati sebagai hari Pentakosta. Roh Kudus yang turun atas para rasul memberi keberanian bagi mereka untuk memberitakan Injil Keselamatan. Pada waktu itu, Petrus, satu di antara keduabelas rasul, berkhotbah dan 3000 jiwa memberi diri dibaptis. Orang-orang yang menerima perkataan Petrus dan memberi diri dibaptis inilah yang disebut sebagai jemaat perdana atau gereja mula-mula. Mereka bertekun dalam pengajaran para rasul dan dalam persekutuan. Pada masa inilah, gereja resmi dimulai. Gereja sendiri merupakan kata serapan Portugis (igreja), yang berasal dari bahasa Yunani (εκκλησία). Ekklêsia berarti dipanggil keluar. Jadi, Gereja tidak hanya berbicara tentang gedung. Gereja juga merujuk pada kumpulan orang percaya yang dipanggil ke luar dari kegelapan menuju terang. Pada masa ini, pemberitaan Injil terus dilakukan oleh para rasul. Tidak lama kemudian, pembaptisan keluarga Kornelius, keluarga non-Yahudi, mengakibatkan pintu gereja terbuka bagi orang-orang non-Yahudi lainnya. Paulus, yang dahulu sempat menjadi penganiaya gereja, turut mengabarkan Injil kepada orang-orang non-Yahudi. Pada masa pemberitaan Injil ini, orang Kristen mengalami penganiayaan dari pemerintahan Romawi. Kekaisaran Romawi membenci dan takut dengan ajaran Kristen yang menyerukan kepada semua orang agar mereka tidak takut kepada pemerintahan duniawi yang sementara, melainkan takut kepada pemerintahan surgawi yang akan datang kelak. Ajaran ini mengakibatkan Kaisar Nero meganiaya, membunuh, memenjarakan, hingga menjadikan orang Kristen sebagai umpan singa di Colloseum. Banyak orang Kristen dan murid-murid Yesus yang mati menjadi martir. Kendati demikian, penganiayaan yang dialami oleh gereja mula-mula tidak menyurutkan niat gereja untuk berkembang. Sebaliknya, pertambahan jumlah orang percaya semakin meningkat.
3.      Gereja di Bawah Kekaisaran Romawi
            Pada tahun 313 M, Kaisar Konstantinus I mendapatkan penglihatan Salib Kristus. Ia bertobat dan menjadikan Kristen sebagai agama resmi Romawi. Kaisar Konstantinus I ini bahkan menjadi pembela dan pelindung kaum Kristen yang tertindas. Pada periode ini, kepausan mulai berkembang. Orang-orang Kristen tidak dianiaya sekejam dulu. Alkitab bahasa Latin yang memuat Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dikanonisasi (proses menyusun kitab-kitab dalam Alkitab untuk diakui sebagai Firman Allah yang dapat menjadi pedoman bagi kehidupan manusia secara universal). Pada masa ini pula, agama dan politik mulai bercampur menjadi satu.
4.      Gereja pada Abad Pertengahan
            Pada tahun 476 M, Romulus Agustus dijatuhkan dari takhta kekaisaran. Periode ini ditandai dengan kemunduran moral gereja. Selama abad pertengahan, Gereja Katolik Roma terus memegang kekuasaan. Paus hidup seperti raja dan menjadi pemegang kekuasaan atas semua jenjang kehidupan. Pada masa ini, Paus dipaksa untuk terlibat lebih dalam di dunia politik yang kotor. Akibatnya, korupsi dan ketamakan terjadi dalam kepemimpinan gereja.
5.      Gereja pada Awal Mula Eropa
            Periode ini dimulai sejak penahbisan Karel Agung sebagai Kaisar Eropa Barat pada tahun 800-an. Pada mulanya, hampir seluruh Eropa Barat berada di bawah kekuasaan Kaisar Karel Agung yang beragama Kristen. Pada masa ini, misionaris dikirim ke Eropa Timur dan Rusia. Perbaikan nilai-nilai gereja juga mulai dilakukan oleh para biarawan. Pada periode ini, terjadi perang salib yang didukung oleh Gereja Katolik. Perang ini dilakukan atas dasar semangat reconquesta, yaitu untuk merebut kembali wilayah Spanyol dari kaum Muslim. Selain itu, pada periode ini, terjadi perpisahan antara Gereja Katolik Barat di Eropa Barat dan Gereja Ortodoks Timur di Asia Kecil. Masa ini berakhir dengan direbutnya Konstantinopel oleh bangsa Turki Usmani.
6.      Reformasi Protestan
            Reformasi protestan lahir sebagai upaya untuk mereformasi Gereja Katolik yang mengajarkan doktrin-doktrin palsu dan melakukan malapraktik gerejawi. Gerakan reformasi ini diprakarsai oleh Martin Luther dan dilanjutkan oleh John Calvin, Ulrich Zwingli, dan reformator Protestan lainnya. Reformasi diawali dengan kritikan Martin Luther terhadap penjualan indulgensi (surat penebusan dosa) dan praktik simoni (penjualan jabatan rohani). Pada tanggal 31 Oktober 1517, Martin Luther memakukan 95 Dalil mengenai Kuasa dan Efikasi Indulgensi pada pintu Gereja Semua Orang Kudus di Wittenberg, Jerman. Dalil ini berisi tentang kritikan Luther terhadap penjualan indulgensi, praktik simoni, kebijakan purgatorium (api penyucian), penghakiman khusus, mariologi (devosi pada Maria), perantara doa dan devosi pada orang-orang kudus, kewajiban selibat bagi rohaniwan, serta otoritas Paus. Melalui dalil-dalilnya, Martin Luther mengembalikan Alkitab sebagai satu-satunya sumber keyakinan yang benar (Sola Scriptura). Ia juga menyatakan bahwa hanya iman dalam Yesuslah yang membawa orang untuk menerima keselamatan, bukan karena perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan orang tersebut (Sola Fide). Martin Luther menekankan Lima Sola yang menjadi pilar dasar kekristenan, yaitu Sola Scriptura (hanya Alkitab), Sola Fide (hanya iman), Sola Gratia (hanya anugerah), Solus Christus (hanya Kristus), dan Soli Deo Gloria (segala kemuliaan bagi nama Tuhan). Selain itu, John Calvin, tokoh reformator, mengenalkan istilah TULIP sebagai poin-poin kekristenan. TULIP merupakan singkatan dari Total Depravity (kerusakan total), Unconditional Election (pemilihan tanpa syarat), Limited Atonement (penebusan terbatas), Irresistible Grace (anugerah yang tidak dapat ditolak), dan Perseverance of the Saints (ketekunan orang-orang kudus). Kehadiran tokoh-tokoh reformasi mengakhiri dominasi para uskup dan biarawan dalam mempelajari Alkitab. Alkitab pun diterjemahkan ke dalam banyak bahasa. Pada akhirnya, reformasi ini melahirkan berbagai jenis denominasi Protestan, seperti Lutheran, Reformed, Anglikan, dan Anabaptis.
7.      Gereja pada Abad Penjelajahan dan Abad Penerangan
            Pada abad ke-17, penjelajah-penjelajah Eropa menjelajahi seluruh dunia. Kesempatan ini mereka gunakan untuk mengabarkan Injil ke seluruh dunia. Terkadang, penduduk asli yang mereka datangi dipaksa untuk menerima iman mereka di bawah ancaman senjata. Akan tetapi, mayoritas petobatan yang terjadi di luar Eropa merupakan jasa misionaris yang tinggal dan mengajar masyarakat setempat.
8.      Gereja Modern
            Pada zaman modern ini, Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks Timur telah mengambil langkah untuk merekonsiliasi hubungan mereka yang rusak. Hal ini juga dilakukan oleh Gereja Katolik dan Lutheran. Pada zaman ini, banyak denominasi gereja yang bangkit, seperti Pentakostalisme, Karismatik, oikumenisme, dan bahkan gereja sesat. Akan tetapi, gereja Injili berdiri tegak dan berakar kuat dalam teologi Reformed.

            Sejarah Gereja di Indonesia sendiri ditandai dengan berdirinya gereja Nestorian bercorak Assiria (Gereja Timur) di Pancur (Deli Serdang) dan Barus (Tapanuli Tengah), Sumatra pada tahun 645 M. Gereja Ortodoks menjadi kelompok Kristen pertama yang hadir di Indoneia. Pada tahun 1511, Katolik Roma Ordo Karmel tiba di Aceh. Tiga belas tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1534, orang Portugis yang dikirim untuk melakukan eksplorasi tiba di kepulauan Maluku. Pada tahun 1546 hingga 1547, Fransiskus Xaverius, misionaris Katolik Roma dan pendiri Ordo Yesuit, bekerja di kepulauan Maluku. Kristen Protestan dibawa oleh Belanda pada abad ke-16. Ajarannya terpengaruh pada ajaran Calvinisme dan Lutheran. Pada tahun 1960-an, akibat timbulnya paham anti-Komunis dan anti-Konfusianisme di Indonesia, banyak pengikut Komunis dan orang Tionghoa yang mengklaim dirinya sebagai orang Kristen. Pada akhirnya, banyak bangsa Tionghoa yang menerima agama Kristen. Hingga saat ini, agama Kristen merupakan agama resmi dengan populasi terbesar kedua di Indonesia.

No comments:

Post a Comment